Table of Contents
ToggleMengapa SPBU Rawan?
SPBU merupakan titik penting dalam pendistribusian bahan bakar kendaraan. Setiap hari ribuan liter bahan bakar diturunkan, dipindahkan, dan didistribusikan ke kendaraan. Aktivitas ini menghasilkan uap bahan bakar yang mudah terbakar (combustible gas) dan tidak terlihat oleh mata. Tidak hanya itu, risiko kebocoran gas juga mengintai dan menjadi “bom waktu”. Tanpa sistem deteksi gas yang andal, SPBU bisa berubah menjadi “bom waktu” bagi pekerja, konsumen, dan lingkungan sekitar. Namun “urgency” pemasangan gas detector di banyak SPBU di Indonesia masih belum banyak disadari. Salah satunya karena konsep dari SPBU itu sendiri yang banyak ruang terbuka sehingga akumulasi gas berbahaya dapat terdispersi angin. Padahal potensi akumulasi gas berbahaya tetap masih ada. Di mana saja titiknya dan bagaimana bisa menimbulkan ledakan? Simak selengkapnya di artikel ini.
Titik Rawan, Cara Gas Terakumulasi, & Bahayanya
1. Ruang Genset/Panel Listrik
Penempatan genset di beberapa SPBU terbagi atas 2, yaitu outdoor open type dan Outdoor Soundproof Canopy/mini ruang genset. Berikut penjelasan selengkapnya :
a. Outdoor Open Type
Open type berarti genset diletakkan biasanya di area terbuka, tanpa rumah genset. Biasanya ada hanya ditutup dengan teralis besi. Risiko gas terakumulasi termasuk kecil, karena uap langsung terdispersi (tersapu) oleh angin. Namun risiko gas tetap ada, seperti kebocoran bbm di sekitar area genset sehingga bisa mencemari tanah dan menimbulkan uap lokal (Uap bahan bakar).

Sumber gambar : Bach.co.id
b. Outdoor Silent Type (Soundproof Canopy/Mini Ruang Genset)
Umumnya SPBU memakai model ini untuk menghindari kebisingan dan agar tidak mengganggu lingkungan sekitar. Penempatan seperti ini biasanya mempunyai ventilasi yang lebih terbatas karena ditempatkan di dalam ruang semi tertutup. Dengan kondisi seperti itu, potensi akumulasi uap BBM atau pun gas buang (CO) dari genset dan kendaraan bermotor lebih besar karena ventilasi terbatas seperti hanya lubang intake & exhaust, uap bbm yang dapat mengendap di bagian bawah canopy (uap bbm lebih berat dari udara), dan jika ada kebocoran bahan bakar, gas dapat terperangkap sementara di dalam rumah genset. Akumulasi gas berbahaya seperti uap bbm dapat menyebabkan ledakan dan kebakaran dalam konsentrasi tertentu. Selain itu, risiko kesehatan seperti menghirup uap bensin dalam jangka panjang dapat menyebabkan risiko gangguan saraf, pusing, dan potensi kanker. CO (karbon monoksida) yang terhirup jika terakumulasi dapat menyebabkan pusing, mual, bahkan pingsan jika dalam konsentrasi tinggi.
Studi Kasus
- Ledakan SPBU UNDIP, Insiden ini terjadi di Semarang, 11 Januari 2024. Dilansir dari Detikcom, Polisi menyebut ledakan berawal dari area belakang SPBU (ruang genset/panel listrik), yang diduga korsleting listrik. Api kemudian merambat ke dispenser dan menyebabkan kerusakan berat. Dapat kita simpulkan, Panel listrik atau genset bisa jadi sumber nyala api yang utama. Bila ada uap BBM atau gas mudah terbakar yang bocor ke dekat area ini, kombinasi “gas dan listrik” dapat berakibat fatal.
2. Sump Pit/Drainase/Oil Trap

Sumber image : Aspek.id
Seperti yang kita ketahui, karakteristik dari uap BBM adalah lebih berat dari udara, yang artinya begitu ada kebocoran, uapnya cenderung turun dan tidak langsung hilang. Di SPBU, area seperti sump pit, saluran drainase, oil trap, atau got berfungsi menampung air hujan & tumpahan bahan bakar. Ini adalah titik rendah yang berarti tempat ideal uap bensin berkumpul. jika ada tumpahan kecil bensin berulang (misalnya saat bongkar BBM, atau dari kendaraan yang bocor) residu bahan bakar dapat masuk ke drainase, dan terus menerus menghasilkan uap. Risiko yang dapat ditimbulkan :
- Ledakan/kebakaran dari dalam drainase, begitu konsentrasi uap bensin terakumulasi dan masuk ke level berbahaya, maka drainase dapat berubah menjadi seperti “bom waktu”. Pemicunya bahkan hal sepele yang sering tidak kita sadari, seperti puntung rokok yang masih hidup, percikan api akibat gesekan logam, dan korsleting kabel pompa air (jika memang ada instalasinya).
- Risiko kesehatan pekerja, contohnya ketika petugas SPBU yang buka tutup oil trap atau kerja dekat drainase yang dapat menghirup gas yang keluar. Dampak nya mulai dari pusing, mual, iritasi tenggorokan, sampai hilang kesadaran jika dalam konsentrasi tinggi. Jika drainasenya termasuk dalam (sumur kecil), risiko asfiksia (kekurangan oksigen) juga dapat muncul karena ruang sempit.
- Lingkungan & Operasional, tumpahan BBM yang masuk ke drainase dapat meresap ke tanah/air tanah sehingga menyebabkan pencemaran serius. Kemungkinan buruknya jika sampai terbakar, jaringan drainase bisa rusak dan SPBU dapat terpaksa berhenti beroperasi.
Studi Kasus
- Insiden kebakaran di depot minyak Plumpang, Jakarta. Terjadi pada Maret 2023, karena kebocoran dari sambungan pipa penerima minyak di depo Pertamina. Uap bermigrasi ke area sekitar termasuk ke saluran drainase/retensi air limbah, dan akhirnya menimbulkan ledakan dan kebakaran besar. Migrasi uap BBM yang lepas ke sistem limbah/drainase bisa membawa gas mudah terbakar ke titik yang tak terduga. Bukan hanya di tangki, tapi juga ke sistem drainase atau area retensi air. SPBU perlu memastikan sistem drainase tidak menjadi jalur migrasi uap berbahaya.
3. Manhole Tangki Pendam (saat inspeksi/maintenance)
Sumber gambar : images.kontan.co.id
Tangki pendam adalah ruang tertutup di bawah tanah, dengan akses sangat terbatas (hanya lewat manhole). Uap BBM tidak bisa keluar bebas, hanya lewat lubang kecil saja sehingga gas mudah untuk terperangkap di dalam tangki pendam. Karena sifat dari uap bbm lebih berat dari udara, maka uap akan turun ke dasar tangki. Dinding tangki dan lumpur dasar bisa menyimpan residu BBM, dan perlahan menguap. Setelah tangki kosong pun, sisa uap bisa tetap ada dalam jumlah konsentrasi yang berbahaya. Saat konsentrasi uap masuk ke LEL–UEL (Lower Explosive Limit – Upper Explosive Limit), cukup satu percikan api dari lampu, peralatan, atau statis, tangki bisa meledak. Bahkan listrik statis dari pakaian/alat bisa jadi sumber nyala api. Selain itu, dengan kondisi ventilasi sangat terbatas, O₂ dalam tangki bisa jauh di bawah 20,9% (ambang aman). Pekerja yang turun bisa berpotensi pusing seketika, kehilangan kesadaran dalam hitungan menit, bahkan meninggal. Tidak hanya oksigen, komponen benzene, toluene, xylene juga dapat membuat pusing, mual, serta gangguan pernapasan. Untuk paparan jangka panjangnya bahkan dapat meningkatkan risiko kanker.
Studi Kasus
- Mobil tangki BBM meledak akibat kesalahan prosedur las, yang terjadi di Pekanbaru, tahun 2014. Insiden ini terjadi ketika Pekerja las melakukan pengelasan pada tangki mobil yang kosong, tapi tanpa prosedur K3 yang ketat. Walau bukan tangki pendam di SPBU, risiko serupa tetap ada jika residu bahan bakar atau uap BBM di dalam tangki tertutup masih ada. Tangki/ruang bahan bakar kosong tetap bisa menyimpan uap BBM. Sebelum pekerja masuk atau melakukan hot work di ruang tangki/manhole, diperlukan gas test dan ventilasi.
4. Area Bongkar BBM (Truck Tanker Unloading)

Sumber gambar : images.kontan.co.id
Saat selang dipasang ke pipa isap tangki pendam, tekanan dalam tangki dan selang mendorong uap BBM keluar. Kemudian ketika BBm cair masuk ke tangki pendam, volume uap/vapour yang ada di dalam tangki akan terdorong keluar lewat vent pipe atau lubang kecil. Uap bensin yang lebih berat dari udara akan cenderung turun dan “menggenang” di area rendah sekitar titik bongkar. Ditambah jika kondisi cuaca panas dan minim angin, konsentrasi uap bisa menumpuk sementara yang akan membentuk lapisan gas mudah terbakar. Risiko dari lapisan gas yang terakumulasi tersebut dapat menimbulkan kebakaran/flash fire ketika terdapat percikan dari mesin kendaraan (starter, knalpot panas), HP yang aktif bahkan listrik statis bisa langsung menyulut uap. Kasus ledakan memang jarang terjadi, tetapi flash fire (lidah api yang merambat di permukaan uap) bisa sangat cepat dan membakar pekerja sekitar. Risiko kesehatan juga dapat muncul baik dalam jangka pendek, mau pun jangka panjang. Dalam jangka pendek, efek dari menghirup gas dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pusing, mual, iritasi tenggorokan dan mata. Sedangkan jangka panjangnya, komponen aromatik (benzene, toluene, xylene) bersifat karsinogenik yang dapat menyebabkan risiko kanker darah (leukemia) yang meningkat pada pekerja yang sering terpapar tanpa APD yang memadai.
Studi Kasus Nyata
- Truk tangki BBM terbakar di SPBU Kunden, terjadi di Grobogan, Mei 2020. Insiden dimulai saat truk tangki sedang melakukan proses bongkar muat BBM, kemudian terjadi kebakaran. Saat transfer muatan BBM, terjadi kebocoran atau pelepasan uap BBM dan akhirnya muncul api dan kebakaran. Bongkar muat BBM bisa dibilang adalah momen kritis, karena uap keluar dari tangki dan selang, dan bila tak ada prosedur grounding, ventilasi, dan deteksi gas, risiko kebakaran/kebocoran gas akan besar.
Baca juga : Kerugian Rp 2,5 Miliar di SPBU Kemanggisan Buktikan Pentingnya Gas Detector
Gas Detector yang Ideal untuk SPBU
1. Fixed Gas Detector
Fixed gas detector cocok untuk pemasangan di ruang genset yang cenderung semi tertutup. Tidak hanya itu, fitur alarm audio-visual juga diperlukan untuk peringatan dini. Jika sobat harsa sedang mencari dan bingung fixed gas detector apa yang harus diinvestasikan, fixed gas detector dari GASLUX dengan tipe Gaslux FP dengan sensor Combustible (LEL) dan CO dapat dipasang dekat ruang genset dan dapat diintegrasikan dengan panel alarm SPBU. Selain itu, tipe Gaslux FP juga cocok untuk dipasang dekat sump pit, dan dipasang permanen dengan titik unloading. Untuk mekanisme pemasangan yang tepat sesuai kondisi sobat harsa dapat menghubungi konsultan ahli kami.
2. Portable Gas Detector
Untuk jenis portable gas detector dengan fitur multi gas sangat dibutuhkan pekerja saat inspeksi/maintenance tangki pendam dan bongkar muat BBM dari truk tangki ke tangki pendam, untuk mendeteksi residu uap BBM (LEL Sensor) dan O2 (rentan kadar oksigen rendah sehingga dapat membuat pingsan). GASLUX sendiri menyediakan lini produk untuk kondisi khusus seperti ini. Gaslux NP dengan sistem difusi dan Gaslux PM dengan sistem pump. Keduanya merupakan tipe portable gas detector dengan harga terjangkau namun dengan kualitas sensor setara dengan gas detector merk premium lainnya. Info selengkapnya dapat menghubungi konsultan ahli kami.
Dengan memahami titik-titik rawan akumulasi gas di SPBU, pemilik maupun pengelola dapat menerapkan strategi deteksi dini gas berbahaya yang tepat. Fixed gas detector sangat penting dipasang di area dengan potensi akumulasi tinggi seperti ruang genset dan sump pit, sementara portable gas detector wajib digunakan pada aktivitas yang sifatnya sementara atau berisiko tinggi, seperti inspeksi tangki pendam maupun proses bongkar BBM. Kombinasi keduanya bukan hanya meminimalkan potensi kerugian besar akibat kebakaran dan ledakan, tetapi juga melindungi keselamatan pekerja serta konsumen di area SPBU. Investasi pada sistem deteksi gas yang andal pada akhirnya adalah bentuk kepatuhan terhadap standar keselamatan sekaligus investasi perlindungan aset jangka panjang.
Referensi :
https://www.detik.com/jateng/berita/d-7135937/ledakan-di-spbu-undip-semarang-berawal-dari-ruang-genset
https://en.wikipedia.org/wiki/2023_Plumpang_oil_depot_fire
https://news.detik.com/berita/d-2684342/mobil-tangki-bbm-meledak-1-orang-tewas
https://regional.espos.id/bongkar-muat-pertalite-di-spbu-kunden-grobogan-truk-bbm-pertamina-terbakar-1062549






