Search
Mohammad Reza Latief
23/09/2025

Karbon Monoksida: Si Pembunuh Senyap yang Mengancam Keselamatan

Karbon monoksida (CO) sering dijuluki sebagai “si pembunuh senyap” karena karakteristiknya yang tidak berbau, tidak berwarna, dan sangat berbahaya. Gas ini dapat menjadi ancaman serius di tempat kerja, terutama di industri dengan penggunaan bahan bakar fosil atau ruang terbatas.

Bagi perusahaan yang peduli akan keselamatan karyawan, memahami bahaya karbon monoksida dan cara deteksinya adalah langkah penting dalam menjaga lingkungan kerja yang aman dan sehat.

Baca Juga : Jenis-Jenis Gas Berbahaya di Lingkungan Kerja dan Dampaknya bagi Kesehatan!

Apa Itu Karbon Monoksida dan Karakteristiknya

Karbon monoksida adalah senyawa kimia berupa gas beracun yang terbentuk ketika bahan yang mengandung karbon dibakar tidak sempurna karena suplai oksigen yang terbatas. Rumus kimia dari karbon monoksida adalah CO, maksudnya terdiri dari satu atom karbon (C) yang berikatan dengan satu atom oksigen (O). Dikarenakan sifatnya yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa, kita tidak bisa mengenali keberadaannya tanpa bantuan alat deteksi. Dari sini lah alasan mengapa gas jenis ini sering disebut sebagai Silent Killer“.

Karakteristik Fisik 

1. Tidak Berwarna, Tidak Berbau, dan Tidak Berasa 

Artinya, tidak ada indikator alami yang bisa dideteksi oleh indera manusia sehingga membuat gas ini sangat berbahaya karena orang dapat terpapar tanpa disadari hingga mengalami keracunan serius.

2. Sedikit Lebih Ringan dari Udara 

Massa molekul dari gas CO ≈ 28 g/mol, sementara massa udara rata-rata ≈ 29 g/mol. Karena perbedaan kecil ini, gas CO dapat bercampur merata di udara dalam ruangan tertutup. Gas CO tidak hanya mengendap di bawah atau mengapung di atas, tetapi bisa menyebar cepat ke seluruh ruangan.

3. Sifat Kimia

Karbon monoksida tidak larut sempurna dalam air, tapi bisa larut dalam jumlah kecil. Bersifat reduktor, artinya mudah bereaksi dengan zat lain, terutama logam oksida. Selain itu, ikatan C–O dalam CO sangat kuat dan stabil sehingga membuatnya sulit terurai secara alami di lingkungan. Gas CO memiliki sifat toksik karena mampu menempel sangat kuat pada hemoglobin dalam darah.

Perbedaan dengan Karbon Dioksida (CO2)

AspekKarbon Dioksida (CO₂)Karbon Monoksida (CO)
Rumus kimiaCO₂ (1 atom C + 2 atom O)CO (1 atom C + 1 atom O)
Asal / Proses terbentukHasil pembakaran sempurna, respirasi manusia/hewan, fermentasiHasil pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil/biomassa
Keberadaan alamiGas alami, konsentrasi normal di atmosfer ≈ 0,04%Tidak ada secara alami dalam jumlah besar, biasanya akibat aktivitas manusia (mesin, kompor, genset)
Tingkat toksisitasTidak beracun pada kadar normalSangat beracun meskipun pada konsentrasi rendah
Konsentrasi berbahayakadar >5.000 ppm dapat menyebabkan sesak napas karena oksigen tergantikankadar >100 ppm sudah menimbulkan gejala, kadar >400 ppm dapat berisiko fatal
Mekanisme bahayaMenggantikan oksigen di udara, efeknya tubuh kekurangan oksigenMengikat hemoglobin 200–250x lebih kuat dibanding oksigen, efeknya dapat menghambat distribusi oksigen dalam darah
Efek pada tubuhSesak napas, pusing, kehilangan kesadaran (pada kadar sangat tinggi)Sakit kepala, mual, pusing, kehilangan kesadaran, kerusakan otak, kematian
Kategori bahayaAsphyxiant (mencekik karena menggantikan oksigen)Toksik + Asphyxiant (beracun & menghambat oksigenasi darah)

Sumber & Penyebab Terbentuknya Karbon Monoksida (CO)

1. Terbentuk dari Pembakaran Tidak Sempurna

CO muncul ketika bahan yang mengandung karbon dibakar, tetapi jumlah oksigen tidak cukup untuk pembakaran sempurna menjadi COdan air. Faktor yang memengaruhi pembentukan co di antaranya :

  • ventilasi terbatas, sehingga pasokan oksigen kurang
  • peralatan yang kotor atau rusak sehingga pembakaran tidak efisien 
  • Bahan bakar yang lembab atau kualitas rendah yang dapat menghasilkan asap lebih banyak.

2. Sumber Sehari-hari

A. Kendaraan bermotor

Mobil, motor, truk yang dinyalakan mesinnya di dalam garasi atau pun dijalankan di ruang tertutup. Knalpot kendaraan mengeluarkan CO, yang bisa menumpuk di udara terbatas sehingga berisiko tinggi bagi penghuni.

B. Genset & Mesin Berbahan Bakar Fosil

Genset portable di rumah saat listrik padam, pompa diesel, atau mesin konstruksi dapat menjadi sumber munculnya gas CO. Berbahaya jika alat-alat tersebut digunakan di ruang tertutup atau dekat area kerja karena berisiko keracunan tinggi.

C. Kompor gas, pemanas air, tungku kayu

Alat – alat tersebut juga dapat menjadi sumber munculnya gas CO bila digunakan di ruangan tanpa ventilasi udara yang memadai. Gas CO yang dihasilkan dapat terperangkap, dan risiko bahaya penghuni rumah menjadi lebih tinggi.

D. Kebakaran Rumah atau Industri

Api yang membakar bahan organik/kimia di ruang tertutup dapat menghasilkan CO. Ini umum terjadi pada kebakaran parsial, misalnya sisa pembakaran kayu, plastik, atau karet.

E. Rokok

Salah satu komponen dari asap rokok adalah CO. Meskipun kadarnya lebih rendah dibanding sumber industri, paparan kronis tetap berbahaya terutama pada perokok pasif.

Bahaya dan Dampak Kesehatan Terpapar atau Terhirup Karbon Monoksida

1. Mekanisme Berbahaya

Gas CO (karbon monoksida) memiliki afinitas 200–250 kali lebih tinggi terhadap hemoglobin (Hb) dibanding oksigen. Ketika terhirup, CO akan menempel pada Hb membentuk karboksihemoglobin (COHb). Dalam pembentukan karboksihemoglobin (COHb), COHb dapat mencegah hemoglobin membawa oksigen ke jaringan tubuh. Akibatnya, organ vital seperti otak, jantung, dan ginjal mengalami kekurangan oksigen yang disebut sebagai hipoksia jaringan. Dampak dari hipoksia sendiri dapat mengganggu fungsi sel-sel. 

2. Gejala Paparan CO Berdasarkan Tingkat COHb

Tingkat COHbGejala Umum
10–20% (ringan)Sakit kepala, mual, pusing, lemas, kelelahan, terasa mirip flu ringan atau mabuk ringan.
20–40% (sedang)Gangguan penglihatan, bingung, detak jantung cepat, pusing hebat, nafas pendek.
>40% (berat)Kehilangan kesadaran, kejang, kerusakan otak permanen, kerusakan organ, risiko kematian tinggi.

Gejala awal sering disalahartikan sebagai flu atau kelelahan, sehingga paparan CO sering tidak terdeteksi sampai sudah parah.

3. Efek Jangka Panjang

Korban yang terkena keracunan gas CO bisa mengalami di antaranya :

  • Gangguan memori dan konsentrasi akibat kerusakan otak sementara atau permanen
  • Masalah neurologis seperti tremor, kesemutan, gangguan koordinasi.
  • Gangguan jantung, seperti aritmia, kelemahan otot jantung, atau gagal jantung pada kasus ekstrem.

Beberapa efek baru dapat muncul dalam hitungan hari hingga minggu setelah paparan yang disebut delayed neurological syndrome.

Pencegahan dan Pengendalian

1. Ventilasi 

Pastikan sirkulasi udara baik di semua ruang yang berpotensi menghasilkan gas CO, seperti dapur, garasi, ruang genset, dan ruang tungku. Beberapa langkah yang bisa dihasilkan yaitu :

  • Pasang ventilasi alami (jendela, ventilasi atas/bawah ruangan).
  • Gunakan exhaust fan atau cerobong asap untuk mengeluarkan gas hasil pembakaran.
  • Jangan menutup rapat semua pintu/jendela saat menggunakan peralatan berbahan bakar di dalam ruangan.

2. Perawatan Rutin Peralatan

Peralatan yang tidak terawat bisa menyebabkan pembakaran tidak sempurna sehingga produksi CO meningkat. Perawatan yang dapat dilakukan seperti :

  • Cek kebocoran knalpot kendaraan, bersihkan endapan karbon
  • Bersihkan saluran gas dan burner dari kompor gas dan pemanas air
  • Pastikan jalur asap dari cerobong terbuka, tidak tersumbat
  • Lakukan servis genset dan mesin industri berkala sesuai rekomendasi pabrikan

3. Hindari Penggunaan Mesin di Ruang Tertutup

Jangan menyalakan genset, motor, pompa, atau mesin berbahan bakar lain di dalam rumah/garasi tertutup. Karena gas CO akan menumpuk dengan cepat di ruang terbatas yang akan menyebabkan risiko keracunan tinggi. Jika terpaksa menggunakan alat-alat tersebut di ruang dengan ventilasi terbatas, selalu pastikan jalur pembuangan gas keluar ruangan sudah aman.

4. Gunakan Gas Detector CO

Alat ini sangat penting untuk mendeteksi kadar gas CO di udara secara real time dan memberi peringatan sebelum kadar yang membahayakan. Detektor ini bisa dipakai di ruang tertutup, dekat mesin, atau area kerja yang sering digunakan. Ketika kadar CO mencapai level berbahaya, alarm detektor akan berbunyi sehingga pekerja dapat segera mengosongkan area dan melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan. Terdapat jenis fixed dan portable, selengkapnya untuk jenis portable dapat sobat harsa baca di artikel ini.

5. Edukasi Penghuni/Pengguna/Pekerja

Berikan edukasi kepada karyawan akan bahaya gas CO jika terpapar dalam kadar tinggi dan gejala awal keracunannya berupa sakit kepala, pusing, mual, dan lemas. Saat gejala muncul, tindakan yang bisa dilakukan adalah segera pindah ke tempat berudara segar, periksa sumber munculnya gas CO (kompor, genset, kendaraan bermotor), serta gunakan oksigen medis jika tersedia dan hubungi layanan darurat. Selain itu, edukasi juga meliputi simulasi evakuasi dan prosedur darurat di rumah, hotel, atau fasilitas industri. 

Penanganan Paparan/Pertolongan Pertama

  • Segera pindahkan korban ke area dengan udara segar
  • Longgarkan pakaian agar pernapasan lebih mudah
  • Berikan oksigen medis bila tersedia (100% oksigen dapat mempercepat pelepasan CO dari Hb)
  • Segera hubungi layanan darurat/RS terdekat
  • Dalam kasus berat, korban bisa memerlukan terapi oksigen hiperbarik di rumah sakit.

Industri yang Rentan terhadap Paparan Karbon Monoksida

Selain di rumah/tempat tinggal, karbon monoksida bisa muncul di hampir semua tempat yang menggunakan bahan bakar fosil. Beberapa industri memiliki risiko lebih tinggi, termasuk:

  • Industri Manufaktur: Penggunaan mesin atau peralatan pemanas berbahan bakar dapat menghasilkan CO, terutama jika ruangan tidak memiliki ventilasi memadai.
  • Pertambangan dan Konstruksi: Alat berat yang digunakan di bawah tanah atau di ruang terbatas meningkatkan potensi paparan karbon monoksida.
  • Pengolahan Makanan: Dapur komersial, terutama di restoran yang menggunakan arang atau gas, memiliki potensi tinggi untuk menghasilkan karbon monoksida.

Baca Juga : Jenis-Jenis Perusahaan Yang Wajib Memasang Gas Detector!

Langkah-Langkah Pencegahan untuk Mengatasi Bahaya Karbon Monoksida

Untuk mencegah bahaya karbon monoksida di lingkungan kerja, perusahaan dapat menerapkan langkah-langkah berikut:

  • Pasang Gas Detektor Karbon Monoksida: Alat ini sangat penting untuk mendeteksi keberadaan CO, terutama di ruang tertutup atau area dengan ventilasi terbatas. Selengkapnya tentang gas detector co.
  • Ventilasi yang Memadai: Pastikan ruangan memiliki ventilasi yang baik agar gas tidak menumpuk. Ventilasi tambahan mungkin diperlukan di area-area dengan paparan karbon monoksida tinggi.
  • Perawatan Rutin pada Mesin dan Peralatan Pemanas: Pastikan mesin yang menggunakan bahan bakar fosil dalam kondisi baik dan bebas dari kebocoran yang bisa menyebabkan pembakaran tidak sempurna.
  • Pendidikan dan Pelatihan: Melatih karyawan untuk mengenali gejala paparan karbon monoksida serta langkah-langkah pertolongan pertama yang harus dilakukan.
  • Monitoring Berkala di Area Berisiko: Lakukan pemantauan berkala di tempat kerja untuk memastikan kadar karbon monoksida dalam ambang batas aman.

Baca Juga : Penyebab Kebocoran Gas: Faktor dan Pencegahan di Tempat Kerja!

Bagi sobat harsa yang sedang mencari/mempertimbangkan untuk membeli gas detector CO, Gas detector GASLUX dari Harsa Sinergi Mandiri dapat menjadi pilihan yang tepat. Kami menyediakan lini produk Gaslux yang berkualitas tinggi namun dengan biaya investasi lebih terjangkau. Menginvestasikan anggaran anda pada gas detector yang terlampau murah pun sangat berisiko karena bersangkutan dengan kualitas yang kurang mumpuni. Kami memberikan layanan alat pendeteksi gas yang terjangkau serta komprehensif.

Baca Juga : Mengenal Apa Itu Gas Detector, Cara Kerja dan Manfaatnya!

Karbon monoksida mungkin tidak terlihat atau tercium, namun bahaya yang ditimbulkannya sangat nyata. Bagi perusahaan, menyediakan detektor gas CO dan memprioritaskan langkah-langkah pencegahan adalah bentuk tanggung jawab penting untuk melindungi keselamatan karyawan. Kesadaran akan bahaya karbon monoksida serta penerapan prosedur keselamatan yang tepat dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang aman, produktif, dan bebas risiko.

Bagikan Artikel